Banyak orang yang tidak lagi memikirkan norma norma dalam kehidupannya untuk mencapai suatu hal . salah satu penyebab pudarnya suatu norma itu adalah karena adanya ketidakpuasan didalam diri . dimana ketidakpuasaan ini bermakna negatif yang memungkin kan seseorang melakukan yang tidak seharusnya dilakukan untuk dibuat, agar keinginannya itu tercapai . selain itu lingkungan hidup juga merupakan satu faktor yang cukup kuat dalam pudarnya norma.
Menggapai sukses memang tidak mudah, perlu kerja keras. Tidak ada jalan yang rata dan tidak ada jalan pintas. " Karena itulah kita harus menjadi buldozernya. Siapkan mental untuk jadi buldozer. Sukses bukan milik orang - orang tertentu. Sukses milik Anda, milik semua, milik siapa saja yang benar - benar menyadari, menginginkan dan memperjuangkannya dengan sepenuh hati, "
Kita semua semua harus mempunyai the power of action. Inilah yang menjadi roh dan semangat dari bangsa dan kita semua, yang menjadi kekuatan hidup untuk sukses. Hidup adalah aksi, setiap orang pasti ingin menjaid yang terbaik dalam hidupnya. Namun untuk mendapatkan keinginan tersebut, seseorang kerap dihalangi rasa takut, malas, egois, kurang bersyukur dan tidak percaya diri. " Dari semua ini yang menjadi top 3 yakni malu, malasdan tidak percaya diri. Karena itu, diperlukan sikap bahwa manusia harus merespon kepada kenyataan, bukan hanya sekedar merespon kepada apa yang tergambar dipikirannya, menang mulai dari diri sendirilah perang yang tak berkesudahan dan tak ada jaminan ada banyak pemenang. Di dalam diri sendiri ini ada banyak lawan, untuk lawan pertama, lawan paling mudah di kalahkan saja, sudah langsung menjadi lawan yang sulit dikalahkan, yakni panca indra. Indra itu, satu saja sudah musuh yang berat, apalagi lima. Mata misalnya. Banyak sekali tuntutan kepuasannya. Berapa banyak industri raksasa lahir dan mengeduk untung yang juga raksasa hanya dengan memakai mata sebagai segmen pasarnya.
Itu saja baru mata yang dirangsang secara eksternal, belum mata yang dirangsang secara internal. Saya ini lelaki, dan sudah menjadi seorang suami. Tetapi begitu melihat ada wanita cantik berkelebat, rasanya berat sekali untuk menahan diri. Setidaknya melirik dan mencuri-curi. Saya memang tidak melihat secara terus terang karena malu pada istri. Kalau istri sedang tak ada, saya malu pada diri sendiri. Malu tapi mau, itulah persoalannya. Saya bukan orang kuat melawan mata saya. Jika selama ini saya mencoba kuat, itu lebih karena saya bekerja sangat keras untuk menekan kemauan mata saya. Perlawanan itu sebenarnya hanya menunjukkan betapa lemah saya di hadapan panca indra.
Tapi hanya kuat melawan kehendak mata saja, tiba-tiba ada sesuatu yang menguat di dalam diri saya. Berbeda rasanya dengan saat saya kalah melawan kehendak mata. Serasa ada yang merosot dalam hidup saya. Rasa merosot itulah yang mendatangkan rasa susah, sementara rasa kuat itulah yang mendatangkan rasa bahagia. Jadi jelas, kebahagiaan itu lebih banyak menghuni ranah nilai, dan nilai itu bisa terletak di apa saja, di mana saja, sepanjang nilainya memang dijaga dan dimunculkan. Maka apa saja yang Anda punya, termasuk keterbatasan, akan menjadi sumber kebahagiaan kalau ia diubah menjadi sumber nilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar